Assalamualaikum, junjungan..
Sekarang 26 Juli. Selamat bertambah umur. Ya, setidaknya itulah yang harus hamba ucapkan hari ini.
Untuk junjungan yang sesekali ganteng (mohon jangan getok kepala hamba setelah membaca kalimat ini). Hamba punya banyak rasa hormat utk junjungan. Sayangnya itu hanya utk hamba pribadi.
Hamba takut, jika ikut serta diceritakan disini, junjungan bakal angkat krah baju.
Katanya pluto itu jauh. Ya nggak apa2, asalkn junjungan dekat dengan hamba.
Eh sekarang kita ldran ya? Hamba sempat takut tingkat dewa ulah pindahnya junjungan ke kawasan yg mesti lewat bebrapa nagari dulu baru nyampe.
hamba mencoba menenangkan diri dengan berbagi dengan kalene mungil sohib hamba dari jaman bahula.
Bukannya hamba dapat support. Beliau malah bilang "lebay banget sih lu, pake duit dua puluh lima rebu lu juga udh bisa ktmu dia, kali"
Ah sudahlah, manusia itu lebih paham arti jarak dr pada hamba (sepertinya).
Kepada junjungan yang sesekali bikin kangen. Semoga semua harapan tahun ini dikabulkan Allah.
Hamba tahu, ada banyak hal yang membuat jalan junjungan 'ngerem' lambat. Tapi junjungan pandai memainkan gas. Ya, junjungan tahu bagaimana agar tidak jatuh kendati jalannya licin.
Ah, junjungan. Hamba (selalu) gagal romantis. Niatnya mengirimkan pesan jam 3 malah jadi jam 11 gara2 kuota hamba habis..
Dan sekarang, niat hamba membuatkan puisi cantik utk junjungan berakhir dengan larik2 semacam ini.
Tak penting lah itu kan..
Yang pasti, terima kasih sudah hadir dan ada...
Salam
Dari padusi penjual kain
16/11/13
wassalamu alaikum..
Rabu, 26 Juli 2017
Senin, 24 Juli 2017
Mohon Pahami, Tak Selamanya Cabuik-cabuik Berhadiah Tamiya
Terkadang menjadi pembangkang itu dibutuhkan. Yah, setidaknya guna menyelamatkan mentalmu dari keterpurukan. Sesekali kita butuh membangkang untuk tidak lekas mati karena jantungan.
Saya tidak sedang mengajak rekan sekalian berperilaku jahat. Saya pikir rekan sekalian adalah orang baik yang perlu dilestarikan. Bukankah setiap orang itu baik? Jika tidak baik secara fisik, maka dia akan baik secara mental. Dan sebaliknya.
Membangkang yang saya maksud saat ini adalah mempertahankan kekuatan nurani dalam hati kita masing2 saat situasinya benar2 melahap iman.
Anggap saja suatu ketika dimasa yang nun jauh disana...
Eh, kok saya jadi ngedongeng..
Jadi suatu ketika kita harus berhadapan dengan kondisi yg mmbuat kita rentan. Seperti perselisihan dalam suatu hubungan misalnya. Saat kekasih menginginkan cincin akik ternyata kamu cuma bisa mmbelikan cincin kawin #lah malah lebih bagus.
Atau saat kamu bermain tebak angka berhadiah Tamiya. Ternyata angka yang kamu tebak meleset satu angka dari angka sebenarnya.
Atau saat kamu menemukan es krim corneto dlm kondisi meleleh.
Disinilah pembangkangan dimulai. Perlawanan antara hati dan pikiran membuat pikiran harus menaklukan hati. Terjadilah ketimpangan. Efeknya, badan akan menerima kondisi yang ada namun tidak dengan "pelangi dimata" ybs.
Yap, GAIRAH itu hilang. Lenyap bagai tersedot lubang cacing.
Dari sana bisa dipastikan Empati akan berkurang. Penerimaan akan dilakukan "sebisanya", seikhlasnya dan "semampunya".
Saya rasa membangkang seperti yang disebutkan di atas dapat berfungsi untuk beberapa hal. Salah satunya adalah kita dapat berdamai dengan hati bahwa memang sailor moon nggak bisa makai daster dan katty perry ga bisa nyanyi minang.
Jadi intinya, saya menulis ini supaya kita semua paham. Bahwa sesekali pembangkangan itu berdampak baik serta dapat digunakan sebagai pertimbangan bersikap. Setidaknya untuk kekuatan bertahan pada sesuatu yg tidak membuat nyaman.
Kamu adalah pemilik kepalamu, maka kamulah pengelolanya.
Saya tidak sedang mengajak rekan sekalian berperilaku jahat. Saya pikir rekan sekalian adalah orang baik yang perlu dilestarikan. Bukankah setiap orang itu baik? Jika tidak baik secara fisik, maka dia akan baik secara mental. Dan sebaliknya.
Membangkang yang saya maksud saat ini adalah mempertahankan kekuatan nurani dalam hati kita masing2 saat situasinya benar2 melahap iman.
Anggap saja suatu ketika dimasa yang nun jauh disana...
Eh, kok saya jadi ngedongeng..
Jadi suatu ketika kita harus berhadapan dengan kondisi yg mmbuat kita rentan. Seperti perselisihan dalam suatu hubungan misalnya. Saat kekasih menginginkan cincin akik ternyata kamu cuma bisa mmbelikan cincin kawin #lah malah lebih bagus.
Atau saat kamu bermain tebak angka berhadiah Tamiya. Ternyata angka yang kamu tebak meleset satu angka dari angka sebenarnya.
Atau saat kamu menemukan es krim corneto dlm kondisi meleleh.
Disinilah pembangkangan dimulai. Perlawanan antara hati dan pikiran membuat pikiran harus menaklukan hati. Terjadilah ketimpangan. Efeknya, badan akan menerima kondisi yang ada namun tidak dengan "pelangi dimata" ybs.
Yap, GAIRAH itu hilang. Lenyap bagai tersedot lubang cacing.
Dari sana bisa dipastikan Empati akan berkurang. Penerimaan akan dilakukan "sebisanya", seikhlasnya dan "semampunya".
Saya rasa membangkang seperti yang disebutkan di atas dapat berfungsi untuk beberapa hal. Salah satunya adalah kita dapat berdamai dengan hati bahwa memang sailor moon nggak bisa makai daster dan katty perry ga bisa nyanyi minang.
Jadi intinya, saya menulis ini supaya kita semua paham. Bahwa sesekali pembangkangan itu berdampak baik serta dapat digunakan sebagai pertimbangan bersikap. Setidaknya untuk kekuatan bertahan pada sesuatu yg tidak membuat nyaman.
Kamu adalah pemilik kepalamu, maka kamulah pengelolanya.
Sabtu, 01 Juli 2017
Kita Harus Menikah, Apapun Tantangannya…
‘menikah’ suatu waktu, kata ini
menjadi lebih indah dibanding kata ‘cinta’ dan sedikit bergandengan dengan kata
‘surga’ jika kau tahu rasanya.
Menikah, bagi aku khususnya,
adalah suatu tahap tertinggi dalam hubungan dua anak adam non muhrim. Tujuannya
sama denga pernikahan lainnya. Ingin menjalankan sunah dan membentuk surga
kecil baru. Ah, membayangkannya saja sudah terasa indah.
Seperti perempuan kebanyakan,
akupun memiliki tambatan hati. Hubungan kami direalisasikan dalam bentuk
pacaran. Usia pacaran kami baru menginjak tahun ke empat.
Gaya pacaran ala mahasiswa, ala
pencaker, LDR gegara salah satunya mesti merantau , sampe ala-ala wanita karir
sudah aku jalani dengannya. Hubungan kami yang datar tanpa banyak keributan
sesekali membuat jenuh. Kalaupun ribut, paling lama tiga hari kami sudah
kompakan lagi.
Aku sudah mengenal orang tuanya.
Pun dia, sudah kuperkenalkan pada keluargaku. Sampai awal 2017 (yang harusnya
jadi awal tahun membahagiakan buat kami),
kami benar-benar menghadapi masalah yang nyaris membuat aku dan dia
benar-benar mengevaluasi hubungan kami.
Seperti postingan sebelumnya, keinginan
sendiri yang membuatku memilih untuk berdiam diri dan memintanya untuk
membiarkan aku begitu saja. Aku tak ingin ada kata putus diantara kami, karena
aku tahu aku hanya sedikit ingin mengendalikan emosiku saja.
Sungguh saat itu yang aku rasakan
hanya keinginanku untuk ‘bebas’.
Tapi yang kuhadapi bukan
laki-laki yang dengan mudah mengabulkan keinginan tidak masuk akalku itu. Semakin
aku menginginkan lepas, Dia malah semakin mendesakku untuk meningkatkan level
hubungan kami.
Dalam kondisi hubungan yang
renggang, dia menemui orang tuaku dan menyampaikan keinginannya untuk
menikahiku.
Harapanku untuk momen lamaran
yang romantis dan penuh bunga pupus sudah. Dengan dahi yang masih mengkerut,
dia meminta persetujuanku didepan orang tuaku. Momen diluar garis yang membuat
imajinasiku tentang DILAMAR, sirna.
Tak bisa kupungkiri bahwa merah
jambu benar-benar menghias pipiku kala itu. Untung saja lampu rumah sedikit
temaram, dan aku berada cukup jauh dari dia. Jadi aku tak perlu takut dia tahu
bahwa kali ini aku benar-benar tersipu.
Hatiku melambung keluar
berlompat-lompatan girang tak karuan. Tapi gengsi memakan senyumku.
Aku mencintai dia, namun aku tak
jujur jika aku juga tak menginginkan sendiri. Sebentar saja, sejenak, supaya
aku lebih bisa menata hatiku dan mempertimbangkan jalan aku dan dia kedepannya.
Kenekatannya membuatku harus
membunuh jenuh dan keinginan sendiri tadi. Yah, kali ini komitmen kami memang
lebih penting dari gengsi.
Aku mengiyakan ajakannya, menikah
dan menua bersama.
Menjelang hari pertemuan
keluargaku dan keluarganya, ada banyak hal yang kami hadapi. Sifatku yang tak
terperhatikan selama ini malah sekarang jadi masalah diantara kami. pihak
kedua, dan omongan dari luar jadi angin sepoi-sepoi yang membuat kami harus
benar-benar mengkomunikasikan banyak hal supaya tidak ada pikiran negative yang
mengakar.
Sejauh ini kukatakan, dia adalah orang yang
aku butuhkan. Banyak ketidaksamaan diantara kami. banyak sekali. Tapi dia sabar
mengajari dan memperkenalkan banyak hal. Sesekali dia bosan dengan aku yang
sulit diatur. Tapi tetap dia punya cara tersendiri membuat aku tidak patah
arang mencoba menjadi yang dia dan keluarga kecil kami butuhkan. “Jangan takut,
aku tidak akan pernah mundur dari rencana kita, kuharap kamu juga begitu,” ucapnya menyemangatiku.
Dia memang supporter hebat dalam
sesi ini. Semangatku menggebu setelah dihadiahi kata-kata demikian. Dia benar,
rencana kami adalah komitmen yang benar-benar harus dirampungkan.
Suatu ketika, aku menghadapi
badai dalam perjalanan karirku. Tia-tiba SP 2 sudah aku kantongi sebelum SP 1
aku dapatkan. Dengan beberapa alasan yang garing aku harus meraup banyak kata
mutiara dari atasan. Tapi bukan itu yang menjadi bahan ketakutanku, rencana
pernikahan kami yang tinggal menghitung mundur akankah porak poranda gara-gara
ini?
Pasanganku adalah tipe manusia
yang mewanti-wanti supaya tidak berhutang untuk hal apapun. selain itu, dia
menginginkan aku mandiri untuk tahap resepsi kami. Dia memintaku supaya bekerja lebih keras lagi
agar biaya pernikahan kami tidak membebani orang tua dan maminimalisir hutang
nantinya. Lah kalau-kalau aku tetiba dipecat, aku nabung dana nikah dari mana?
Jelas aku panik waktu aku
berhadapan dengan masalah dikantor seperti yang kuceritakan di atas. Wajah
capeknya dia, wajah sedihnya, langsung berputar-putar dikepalaku. Aku tidak
ingin dia kecewa padaku. tapi kalau atasan sudah berkata, aku bisa apa?. Nasib
ngenes sudah mengerubungi aku di sana sejak awal.
Belakangan aku ingat pasal dalam
kontrak kerja, pihak pertama (kantor) bisa saja mem-PHK tanpa persetujuan pihak
kedua kalau pihak kedua lalai dalam melaksanakan tugas dari pihak pertama. Nah,
complain pihak pertama terhadap pihak kedua bisa saja dimasukan kedalam point
ini.
Duh, Gustiii….
Pertama, yang harus aku lakukan
adalah menceritakannya pada pasanganku. Karena ini menyangkut rencana besar
kami.
Darinya kutemukan kekuatan kembali.
Ya, yang harus kulakukan adalah mengumpulkan uang untuk pernikahan kami. Terserahlah
jika banyak yang tak setuju dengan kehadiran aku di sana. Yang kulakukan
sekarang adalah bertahan dan memberikan petinggal yang baik.
Kepadanya, pasangan yang sudah menemaniku
empat tahun terakhir, kita harus menikah bagaimanapun kondisinya. Aku
bertanggungjawab atas karirku dan aku mohon berikan kepercayaan padaku untuk
mengurus ini. Aku akan sangat berterimakasih padamu jika kau menemaniku
menghadapi ini. Aku yakin, kau pasti mau. Karena kau lelakiku.
Ah iya, aku tahu kau harus menata
kembali kepala dan waktu untuk pendidikan lanjutanmu. Jangan takut, aku
bersedia jadi tukang ketik dan alarm untuk tugas-tugasmu. Hehe, maafkan aku
memaksamu melanjutkan study, menurutku keluargamu akan lebih bahagia jika kamu
bisa menaklukan ‘M.H’, sayang..
Sekali lagi… bagaimanapun
caranya, kita harus menikah. Kurasa Tuhan benar-benar paham kondisi hati kita. J
Semoga saja niat kami dimudahkan
sampai hari kita disahkan,
Dan untuk karirku, aku tahu Tuhan
tidak tidur.. J
Fase
Aku berfikir,
apa yang membuatku hidup. Semula kuanggap jawabannya adalah karena ada Tuhan
dan kedua orang tuaku yang dengan rendah hati menjadi perpanjangan tangan
Tuhan. Tapi akhir-akhir ini, kurasa tidak demikian. Yang membuat aku hidup dan
tetap hidup adalah Tuhan dan aku. Bukan orang tuaku, kurasa mereka hanya alasan
untuk hidup dan (membantu) tetap hidup.
Akulah yang
berusaha tetap hidup. Makan dan minum bernafas dan bergerak melakukan segala
bentuk kegiatan yang memperlihatkan bahwa aku hidup. Itu karena aku ingin. Jika
aku tak ingin, bisa saja aku tak mengangakan mulut dan menolak makanan masuk
kedalam lambungku. Atau minum, katanya manusia bisa mati jika tak mendapatkan
air selama 4 hari. Jika aku tak ingin hidup, bisa saja aku hentikan kebiasaan minum
air. Bernafas apa lagi, keinginan untuk hidup membuat aku tak berniat menutup
saluran pernafasan barang dua tiga menit pun. Menghirup udara dan mengisi
rongga dada dengan gas alam bernama oksigen rasanya menyenangkan. Benar,
hidupku saat ini karena aku yang menginginkannya.
Tuhan selalu
ada dalam setiap hal di kehidupan, kecambah kacang hijau mulai mencari cahaya,
ada tangan Tuhan didalamnya. Pergerakan organisme paling kecil juga dengan
campur Tangan Tuhan. Dan contoh terbesar, semesta tak saling tubruk, juga
karena Tuhan selalu mengawasi.
Aku yakin
dan percaya sekali pada campur tangan Tuhan.
Sekarang aku
berada pada tahap yang paling menarik di usia 24 tahun. Haha, 24 tahun, selama
itukah aku sudah bertahan hidup? Tepuk tangan sendiri untuk gigihnya aku
bertahan.
Menjadi
wanita dan perempuan di usia hampir seperempat abad ini tentu beberapa warna
kehidupan sudah kunikmati. Rasa-rasa hidup juga sudah kucicip. Aku masih dengan
background lingkungan yang sama dengan tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya. Aku adalah perempuan tertua dari 8
bersaudara. Ama kembali melahirkan anak laki-laki selang dua tahun dari
kelahiranku. Dua tahun kemudian lahir kembali adikku perempuan. Setahun
berikutnya adikku bertambah kembali, masih perempuan. Dua tahun selanjutnya,
bayi perempuan merengek lagi di rumah kami. hal yang sama berulang hingga tahun
2011.
Kami tinggal
menumpang di rumah Nenek, dikampungku lebih trend dengan sebutan Amak. Gubuk
kami masih belum bisa ditempati. Beberapa bagiannya masih belum selseai. Masih berwujud bangunan setengah jadi yang mulai horror dari
hitungan senja.
Rumah amak
berbahan dasar kayu. Rumah bertingkat dua ini lantai bawahnya ditempati ternak
kami dan lantai dua ditempati manusia sebagai penghuni asli. Rumah lama, begitu
kebanyakan orang menyebutnya. Lantai rumah masih papan yang sudah tidak utuh
lagi. Kondisi lantai sudah lapuk. Beberapa kali adikku menjebol lantai dengan
kakinya. Akibatnya, dia harus luka-luka karena berdiri di tatanan lantai yang
sudah benar-benar lapuk.
Di rumah kami
tidak ada gelas kaca. Bukan kami tidak sanggup membeli satu lusin gelas kaca
seharga 10 ribu rupiah. Tapi lebih karena tiap kali gelas kaca yang kami punya
selalu berusia tak lebih seminggu. Pasalnya, rak-rak piring yang biasanya kami
jadikan tempat pengering perabotan dapur setelah dibersihkan, berada di posisi
yang sudah tidak aman lagi. Bayangkan saja, saat kau berjalan dari pintu utama
gubukku, pintu paling belakang akan ikut berdecit. Saat kau menginjak lantai
tengah, gelas di rak-rak piring akan berdenting, bertubrukan satu sama lain,
membuat kondisinya tidak aman lagi dipakai.
Badai tahun
2016 lalu membuat atap rumah kami dengan riangnya melepaskan diri. Mengikuti
irama angin dan bahagia sampai di tanah. Kami bersyukur, malam itu kami bisa
tidur dengan pemandangan cantik. langit malam terlihat vulgar. Telanjang tanpa
sekat. Sayangnya, kami harus berbaik hati berbagi darah dengan nyamuk dan
berbagi dingin dengan malam.
Atap rumah
segera diperbaiki Apa. Tapi yah, sepandai Apa pula perbaikannya. Lelaki tamatan
SMA dan gagal tamat Jurusan keolahragaan
salah satu universitas negeri dikotaku ini tidak terlalu pandai ber-sipil-sipil. Atap tidak berada pada posisi semula. Akibatnya, air masuk
dengan deras ke rumah saat cuaca hujan lebat maupun hujan ringan.
Ama adalah
anak ke empat dari lima bersaudara. Perempuan paling bungsu dari tiga kakak
padusinya. Ama sudah jadi yatim sejak kelas 6 SD.Menggantikan Abak, Amak mencari beras dengan bertanam di sawah
orang, menjual rempah di pasar raya Padang. menurut kakak Ama, Amak tergolong
pelit. Tapi menurutku, Amak sosok yang adil. Beliau kesulitan memenuhi
kebutuhan lima orang anak sehingga dua orang anak harus dititip kepada keluarga
yang lebih berada, agar mereka bisa sekolah layak. Dan yang dikampung, yang
masih bersamanya, itulah yang akan disekolahkannya semampunya. Orang tua
perempuanku adalah anak yang masih bersama Amak sampai Amak menyebut nama Tuhan
untuk terakhir kalinya di dunia.
Bisa
disimpulkan, dari Ama lahir sampai umurku nyaris seperempat abad, Ama masih
tinggal di lokasi yang sama dengan kondisi yang semakin kuyu.
Apa adalah
Sibungsu,Uwak (nenek dari pihak Apa). Sesekali kalian jangan mengkhayal hidup
Apa lebih mewah dari Ama karena beliau sempat merasakan jadi mahasiswa. Apa
Yatim lebih lama dari Ama, beliau yatim sejak berusia 3 bulan dalam kandungan.
Tidak, tidak, itu hanya kata Uwak. Sebenarnya, Apa sudah tidak bersua dengan
ayahnya semenjak beliau lahir ke dunia. Ayahnya berkelana memperbanyak generasi
bangsa.
Prestasi
kakek semacam itulah yang membuat aku berpikir harus memiliki pasangan bukan
orang disekitar Padang. mana tahu yang kunikahi adalah anak cucunya kakek.
Nikah sedarah kan haram.
Apa jarang
akur dengan saudaranya, Paman. Paman keras kepala dan
apa Tidak bisa diatur. Mereka selalu berpikir yang mereka lakukan adalah
benar dan untuk kebaikan umat. Tapi nyatanya, mereka selalu memiliki misi yang
sama. Hanya saja mereka tidak pernah bisa mengkomunikasikannya dengan
baik-baik.
Saat kau
bertemu mereka berdua, bisa kau tebak sendiri, hati mereka memiliki cinta yang
sama besar, tapi malu menelan semuanya.
Aku
menamatkan pendidikan di salah satu universitas terkemuka di kotaku. Dari
Jurusan yang tidak semua orang paham akan dibawa kemana ijazahnya. “lulusan
sastra Indonesia”, rerata orang akan berkernyit dahinya mendengar penjelasan
background ilmuku.
Sekarang aku
adalah tukang ketik di salah satu instansi milik rakyat. Aku ditempatkan di
posisi yang insya Allah aku masih awam bersamanya. Bagian IT, apalah Sasindo
menjamah IT. Tapi ini permintaan Apa, aku harus bertahan disini demi adik-adik.
Apa pesan, agar aku bersiap menjadi tulang punggung pula, Dio, adikku juga
disampaikan begitu. Karena ya, seperti kataku di awal, kita berusaha hidup,
tapi Tuhan selalu bercampur tangan.
Aku bohong
jika dengan umur yang sudah masuk zona layak nikah ini aku tidak memiliki teman
dekat dalam artian serius. Rekan laki-laki yang kerennya dipanggil pacar, aku
juga miliki dia. Aku sudah memilikinya sejak umurku dua kali sepuluh.
Sebelumnya
aku juga pernah menjalin kasih dengan beberapa laki-laki. Petualangan cintaku
dimulai semenjak SMP kelas akhir. Pemuda yang berhasil merebut selendangku, oh
bukan, hatiku adalah rekan lokal sebelah yang tertarik dengan suara merduku.
Ya, setidaknya itulah alasan yang bisa dia kemukakan saat aku bertanya “kenapa
Aku??”.
Lelaki terakhir
bersamaku adalah rekan satu organisasi yang juga kuceritakan pada beberapa
postingan di laman ini.
Aku tidak
pernah menyesal memilih jalan bersamanya. Banyak hal kupelajari darinya dan
banyak hal yang bisa kuamalkan selama mendampingi dia. Aku merekam setiap hal
yang sempat kami lalui. Bagiku, jalan kami adalah sebuah usaha memantaskan diri
untuk menjadi padusinya.
Beberapa hal
membuat hubungan kami harus goyang di Januari.
Dari hati
kusampaikan bahwa aku hanya lelah dan butuh sendiri untuk beberapa waktu, tapi
yang kudapatkan adalah serbuan dan desakan
pertanyaan dan pernyataan yang membuat hatiku genting. Rasa nyaman yang
coba kupertahankan redup.
Aku kasihan
dengan tingkahnya akhir-akhir ini yang menyakiti dia sendiri dan menyakiti aku
secara tidak langsung.
Aku tahu,
tahun ini adalah tahun penting untuk kami. kami berjanji akan meresmikan hubungan
kami akhir tahun ini. Tapi dia gagal menghadapi cobaan yang lebih dahulu
menyambanginya. Langkahku terhenti sampai dititik itu.
Saat aku
benar-benar takut menghadapi duniaku. Saat aku benar-benar membutuhkan sebuah
pernyataan hari yang sama bahkan sebelum aku mulai bertanya. Semuanya selesai.
Kupikir
kedepan hanya ada jalan berbatu yang masih acak-acakan. Aku harus
berpandai-pandai menatanya. Dan kebelakang, ada sekelompok orang yang menatap
dengan mata bulat padaku agar aku tidak berhenti melangkah.
Kuputuskan tidak meletakkan mereka dibelakangku lagi, sebagai
supporter yang tak terlihat dan hanya bisa kunikmati suaranya. Sekarang mereka
di depanku. Memanggilku untuk tidak lelah.
Ah aku
lapar, menggalau dan tak makan buka tipeku. Aku hanya tak makan jika ransum
kami kurang untuk 10 orang.
Baiklah, tunjukan lagi seperti apa yang harus aku
lalui. Aku memiliki Tuhan dan Tuhanku tak pernah meninggalkan aku!
Balaibaru
29 Januari 2017
Rabu, 19 April 2017
aku menikmati prosesku bersamamu
kepada seseorang,
aku suka senyumanmu saat bahagia
aku suka senyumanmu ketika puas
aku suka kau memarahi aku karena memang aku salah
tidak ada yang ingin kubuang ketika memilikimu
yang aku ingin hanyalah menyegerakan niatku menjadi labuhanmu
dan kamu menjadi labuhanku
lucu rasanya memikirkan itu
gila rasanya untuk berangan
semakin kesini, cintaku tumbuh (lagi)
kau sekarang beda...
kau, yang dari dulu kuinginkan
selamat datang...
aku suka senyumanmu saat bahagia
aku suka senyumanmu ketika puas
aku suka kau memarahi aku karena memang aku salah
tidak ada yang ingin kubuang ketika memilikimu
yang aku ingin hanyalah menyegerakan niatku menjadi labuhanmu
dan kamu menjadi labuhanku
lucu rasanya memikirkan itu
gila rasanya untuk berangan
semakin kesini, cintaku tumbuh (lagi)
kau sekarang beda...
kau, yang dari dulu kuinginkan
selamat datang...
aku menikmati prosesku bersamamu
Langganan:
Postingan (Atom)
AKAD
Dua puluh tiga juni duaribu delapan belas, pukul empat belas lewat sedikit di Kampung tanjung nomor empat delapan. Suara “SAH..” meng...
-
move up Caranya, adalah dengan mempercantik diri dan menikmati hidup tanpa masalah. Deal, tidak pacaran lagi. Trauma sudah, jika meman...
-
Oke,aku bersyukur karena akhirnya kamu membaca blog-ku dan menyetujui aksiku.semula aku sangat ragu akan tindakanku memberi tahu duni...
-
Teruntuk kak Adek dan Kak Yulia... Ini nasihat Rasul yang sangat bagus.. "Saya pernah di belakang Rosulullah Shollallahu alaihi ...