Usai-mengusai jadi
hal yang menyenangkan belakangan ini. membuka-buka diary lama dan menemukan hal
yang membuatmu berkata “saya dulu kok gini ya?”. Begini, salah satu fenomena
unik dari sekian kisah yang tersisa semasa kejayaan putih abu-abu adalah saat
kamu mulai sadar bahwa kenangan dan
sejarah itu beda.
Sehubungan
dengan berakhirnya pertalian dua insan, sebutlah namanya siti rohani dan lareh
simawang, siti rohani tidak mau lagi menjamah yang namanya kata ‘cinta’. Siti
rohani yakin dengan perbincangan terakhir dengan lareh simawang yang
mengukuhkan bahwa “kita akan sama-sama menjadi dewasa”. Yah, target siti rohani
kala itu hanyalah jadi dewasa dan mencoba paham.
Pupusnya
kisah cinta yang katanya ‘sampai kita mati’ cukup membuat terpuruk. Maklum,
menjadi pasangan di berbagai bidang membuat siti rohani dan lareh simawang
merasa klop. Tapi tidak di bagian ‘paham’. Si cewek selalu meletakkan cowok
sebagai petinggi. Sayangnya si cowok tak pernah bisa merasa tua. Mungkin karena
selisih umur yang hanya Sembilan hari. tapi akhir-akhir ini si cewek sadar
bahwa, hal tersebut terjadi karena pengendalian ego yang sama-sama buruk.
Dikarenakan
hal diatas, siti rohani yang tak lain adalah hamba, bersikukuh tak mau dikotori
otaknya oleh ‘cinta’. Saat si Lareh Simawang bisa jadi bintang di tenggara
sana, maka hamba akan jadi bulan di timur sini. Itu prinsip. Alhasil, hamba
benar-benar tak memiliki rekan laki-laki di semester awal sekolah (waktu itu di
sms nulisnya Cikulah). Tapi tak apa,
memiliki rekan buktinya, beberapa kejadian menimpa hamba dialasankan bakat mada yang hamba warisi.
Begini,
Pelajaran
olah raga dilakukan di GOR H. Agus salim. Nah, pulang dari sana kawan hamba,
namanya Lia. Doi baru perdana kesini. Pas pulang si Lia panik, celigak-celinguk
nengok ke ujung jalan. Kami yang mulai risih nengok si Lia muter-muter nggak
karuan mulai bertanya, “lia nyari apo?”.
Dengan polosnya dia menjawab, “iko ha,
angkot merah kok ndak ado Nampak yo?” hahahahahahahahahahaha #ngakak barek
“aduh ya, disiko ma ado angkot merah lewat,
yang ado Cuma biru, habis tu nyambung di siteba.” Jelasku masih ngakak. hoho,
ini perdana aku nengok anak Padang yang tak tahu ke-Padang-an-nya.
Sejak
kejadian itu si Lia jadi bahan bully
di sekolahan, maklum, cimeeh adalah budaya yang membumi di sekolah ini.
Tapi ternyata Lia kurang dewasa menyikapinya.
Pagi
suatu hari, satu minggu usai kejadian Lia nunggu angkot merah, waktu itu kamis,
Lia piket kelas. Masih saja Lia menjadi bahan tertawaan anak lokal. Lia marah
lalu ngebanting kursi-kursi lokal. Hamba yang ada di lokal dan kebetulan wakil
ketua kelas, mencoba menenangkan suasana dan berniat bicara dengan Lia.
Tiba-tiba
Reni Naomi mucul begitu saja. Seolah nembus dinding salah satu sisi ruangan,
entah sisi yang mana. Reni adalah manusia anti kekerasan paling akhir versi on the shoot. Reni yang punya badan
besar menghalangi hamba bicara empat mata dengan Lia.
“alah
lu, jan sakiti juo Lia lai…. Kalian jaek mah (sambil rentang tangan)”.
Aish, hamba paling ogah nengok manusia
sok jadi pahlawan. Lha, bukannya yang
paling kenceng ketawanya pas ngejek lia kemaren mah dia.
Reni,
cewek bertubuh kekar rajin pake sepatu bola beserta kaosnya ini terkenal selalu
berfikiran human interest. Paling nggak mau orang lemah (baca teraniaya) dipojokin.
Alasannya “pengalaman wak lah banyak
takah itu.”
Melihat
si reni sudah berubah jadi cat women, rekan kelas X1
merasa terpanggil untuk menambah bully-an. Dan reni dengan tegas membela lia
dengan mengucapkan berbagai petitih islam dan adat yang dia tahu. Ahm, mungkin
saat itu reni belu tahu defenisi bercanda. Akibatnya, bukannya menghentikan
perseteruan, rekan hamba yang lain makin
semangat ngerjain si lia, tapi orientasinya lebih ke Reni. Akhirnya si reni yang doyan menggenakan rainbow tank top nangis.
Tak
hanya nangis, Dia juga ngamuk. Ngambil sapu lalu melakukan aksi pengejaran pada
oknum yang menertawakannya tadi. yep, oknum te-es-be adalah kami. Bayangkan,
satu lokal di kejar-kejar sama sapu keliling lapangan sekolah. Hahaha, jaman ini
hamba masih labil sangat-sangat ababil labil.
sosok Reni marah hanya bisa diilustrasikan. |
Anehnya,
yang di tuduh mengepalai pemberontakan dari front lokal adalah hamba. Si reni
tersedu-sedu di jalan dengan sapu ditangan sambil teriak-teriak, “nopeeeey, kasiko capek!! Tanggung jawab lah!!!”
lah? Kok hamba sahaja? Kan hamba Cuma bantuin nge-bully, eh bukan Cuma mau ngomong baik-baik dengan korban dampak cimeeh.
Aduh…
berhubung suara si reni menggema dan bernada vales, seisi kantor guru-kepala
sekolah terbangun. Kepala sekolah yang lumayan hafal wajah hamba melayangkan
pandangan ke arah pandangan reni. Hamba
yang (masa itu) takut sama bu kepsek mencoba menyembunyikan badan. Yah,
walaupun akhirnya hamba diseret kepala
sekolah dengan lembut. L ternyata meja kedai lontong Mak Ilih tak
bisa menyembunyikan badan hamba. Kenapa
hanya hambaaaa…..dasar Reni >,<
Introgasi
dimulai. Dengan menyatakan kebenaran dan kronologis peristiwa, bu kepsek
berhenti menatap hamba. Tersenyum lambat dan membuka kaca matanya.
“hahahahahahaha, kok sampai kayak itu Lia?” tiba-tiba bu kepsek memecah
keheningan. Suasana mulai cair setelah bu kepsek mengusulkan opsi damai. Jadilah hamba diminta mendamaikan masyarakat
kelas.
Dan
taukah kamu…
si
reni tak mau menyambut niat baik kami untuk berbaikan. Doi menghendaki perang
dingin. Dikarenakan mengemban amanah
dari kepsek untuk mendamaikan, akhirnya hamba berinisiatif mengakhiri perang
dingin ini.
Esoknya
Hamba ke sekolahan pagi-pagi (waktu itu
paginya sekitar jam lapanan) sambil bawa lollipop yang biasa menyumpal mulut reni
di saat suka dan duka. Dugaan hamba
benar, si reni sudah duduk manis di dalam
lokal dari jam setengah tujuh. Lambat-lambat hamba mendekati dia, berharap doi
tak mengaum ataupun nyakar. Perlahan dan lambat-lambat. “ren….” hamba
mengulurkan tangan kearah reni yang lagi sibuk nguntit pantat semut depan lokal.
“apo ko?” reni ketus, “lauak mah, ko ha permen untuak reni, opi
mintak maaf mewakili kawan yang lain. “ mencoba masang tampang baik. “ (mata
berkaca-kaca) opeeyy….. reni minta maaf
lo…” AK, alur selanjutnya di crop. Mual kalau dipaksakan menuangkannya
dalam tulisan.
Pokoknya,
ending cerita ini adalah berubahnya Reni Naomi yang biasa pakai sepatu bola
beserta kaosnya, setelah itu Reni Naomi yang lebih peminim dengan sepatu balet.
Walaupun kaos bolanya masih nempel. Doi sudah tak ngamuk pakai sapu (ganti pakai parang). Dan, hamdalah, setelah
itu reni sudah lebih manis dalam, bacaran.
Baiklah,
itu sepenggal kisah tentang sikap manis hamba saat SMA.
**O**
setumpuk kertas dengan sumber entah berantah |
Beragam jenis goresan
tangan dan rupa potret manusia terangkum disini. Perdana hamba mencicip yang
namanya pesan tulis tangan dari samwan adalah
tanggal 19 januari 2008 dari oknum berinisial W. isinya “jam 2 depan 3.1” . Kemudian
disusul gambar-gambar naruto hinata. Berhubung si W pencinta naruto hinata,
hamba terpaksa turut serta suka. Dan
mengungkapkan kata-kata “gambarnyo ancaak, lagi laah..” lalu dibalas dengan
usapan lembut di jilbab. Yeh, Naruto… sekarang pun hamba masih (harus)
menyukainya. Ada pula kertas surat
warna Pink dalam kondisi dilipat manis jadi bentuk love . kalau tak salah ingat, lirik lagu ini disadur dari puisi yang hamba buatkan. Maklum,
jaman itu nge-Band lagi trend. Selanjutnya beberapa puisi manis, dan surat yang bukan hanya dari si W.
W
adalah satu sosok masa lalu yang membuat hamba harus mengambil sikap melawan
aturan yang dibuatkan Uda Jon, sepupu laki-laki tertua. Saat ini W berstatus
teman hamba. W setipe raffi ahmad. Pencinta wanita yang lebih tua. Menurutnya
tua itu dewasa. Sebagai teman yang baik,
hamba mendukung W. yeh, walaupun tiap kali W ngadu masalahnya, hamba bergumam
sendiri “tua belum tentu dewasa W.”
Ada
sepucuk dua pucuk surat dari Pak Rudi. Hohooo. Pak rudi is guru pesantren kilat
yang hamba taksir. Selama ada pak rudi, tarawih hamba penuh di mushala te es
be. Tapi kalau pak rudi pulang kampung, hamba mojok di samping pedagang sate.
Sedikit malu membacanya. Surat itu berisikan petuah-petuah pak rudi kepada
hamba. Soalnya pas hari terakhir pesantren, pas sesi penulisan kesan dan pesan,
hamba mencurahkan semua-muanya. Bayangkan, anak lain pakai kertas buku tulis
bintang obor, lha, hamba pakai dobol polio. Keren kan?
Yang
hamba tulis tak banyak. Cuma… “saya suka cara mengajar bapak. Apa triknya?
Apakah bapak mengajar dengan menebar cinta? Menurut bapak cinta itu seperti
apa?” pertanyaan polos dari seorang murid SMA kelas sepuluh.
Ternyata
meski kesan dan pesan tak diterakan nama penulisnya, pak rudi paham dobol polio milik siapa (wong
yang pake dobol polio cuma hamba). Beliau membalasnya dengan dua lembar binder
dan isinya penuh depan belakang. seputar sabda nabi. Terakhir hamba mendapat
kabar babang rudi, eh pak rudi, sudah berkeluarga dan jadi guru yang baik di
keluarganya. Selamat dan terimakasih bapak.
Juga
ada puisi cinta dari manusia berinisial A. ah, sampai si A wafat dua tahun
lalu, hamba tetap di bully dengan puisi
dia yang diperuntukkan pada hamba. Semula puisi itu diserahkan (katanya) supaya
diberi penilaian. Setelah dibaca eh ternyata dicantumkan kalimat peruntukkan.
Hoho.
Hamba
tak pernah membalas puisi si A. puisi pengidap minder akut hamba rasa. Mana mungkin hamba menuruti
permintaan A yang mengalasankan malu untuk satu hal. Dan hamba yang diminta
melakukannya.
Makanya
tiap kali pas-pasan selalu ada kalimat seperti ini terlontar darinya atau dari
rekannya “pi, tembak A pi…”. Atau
“tarimo selah A pi…” Cara yang terlalu memaksa bro…
Lipatan
surat terakhir adalah dari nona Wahida Nia Elviza. Nia menyertakan sepucuk
surat dalam kado ulang tahun yang diserahkannya tanggal 141113 lalu. isinya
yang panjang bisa di simpulkan dengan satu frasa saja. “tetaplah jadi kawanku”.
Oke siip nona nia.
Sejarah
memang bukan untuk dilupakan. Tapi untuk dipelajari. Kita bisa saja terpuruk
kalau kita memposisikan sejarah pada status kenangan. Karena saat kita
mengingat masa lalu dengan memposisikannya pada kata kenangan, akan ada seulas
perasaan menyertai pandangan kita. Dan saat kita memposisikannya pada kata
sejarah, akan ada otak yang berfikir tentang “bagaimana baiknya”.
Sejarah
adalah masa lalu. dia terpaksa menetap di tahunnya ulah perbuatan bumi yang
terus memutar kalender. Saat sejarah berwarna gelap, orang yang berkepala
abu-abu juga akan mencapnya gelap. Atau orang yang hatinya berbintik hitam
menjatuhkannya sebagai masa suram. Sebenarnya tidak selalu demikian. Ada
titik-titik terang yang ada di dalamnya. Tergantung cara kamu memandang.
Saat
kita menutup mata bisa saja kita berlari-lari di tempat yang kita mau.
Maksudnya, kita bisa memimpikan apapun. Tapi saat kita membuka mata, kita harus
siap dengan kenyataan dan pernyataan bahwa inilah hidup. saat kamu tanya
mengapa begini, memori kamu akan menjawab dengan awalan ‘karena’ dan mulai
memutarkan potret masa lalu.
Karena
sejarah adalah hal yang telah terukir, maka sekarang saatnya kamu mengukir.
Silahkan ukir dengan berbagai liku pahatan unik sejarah hidup kamu. Dan nikmati
sensasinya usai pertunjukan, oh bukan, setelah kisah itu berlalu.
begini gambar di dinding kamar tersebut |
setumpuk surat dari tangan entah berantah |