PERTEMUAN
aku
ingin bertanya sekali lagi padamu be, apa yang kamu rasakan sejak pertama kita
bertemu? adakah kamu merasakan cinta dari semula? Seingatku, kamu adalah orang
yang menebar kata sayang kemana-mana waktu itu. coba ceritakan lagi padaku
tentang semuanya.
kita
dipertemukan dalam asosiasi yang bersekre di tempat singgahmu dulu. Namanya
ASPEM Sumbar, ini kali kedua ASPEM ultah. Dan ketua pelaksana kongres meng-amanah-kan
tanggung jawabnya padamu. Kamu tahu? Waktu itu aku tidak mengenalmu. Sekalipun
jabatanku adalah loper Koran kampus(ku). Wajahmu tak terdeteksi olehku. “kamu
anak mana?”
setelah
diberitahu bahwa yang mengepalai acara ini adalah kamu, dan melihat kamu yang
lumayan penyapa –walaupun belum menyapa aku-. Aku mulai merasa nyaman dengan
rapat, rapat dan rapat yang kita jadwalkan.
pernahkah kamu berpikiran kita akan lebih jauh dari sekedar rekan panitia? |
Bermodalkan
ajakan dari Pemum 2013 yang kekeh
membawa hamba rutin rapat kongres, kita mulai berkomunikasi. Sekiranya dan
seadanya saja memang. Tak kurasai apa-apa.
Bagiku,
saat itu aku adalah gadis yang tidak jomblo tapi sendiri. Pacar lima langkah
yang kumiliki menikmati masalahnya sendiri tanpa mendiskusikannya denganku.
Jadilah aku menyibukkan diri dengan mangamit ini dan itu. sok sibuk padahal
semua kutelantarkan.
Letakkanlah
kita semakin rutin bertemu, statusku selaku anak GANTO yang –atas informasi
pemum 13- dicap gila makan, aku selalu kamu ledek. Dan untuk ini, hamba berucap
terimakasih kepada pemum 13. -,-“
dewasa ini saya nyesek sendiri nengok potret ini. -,-" |
Selanjutnya,
kisah kongres berlanjut ke acara selanjutnya. kali ini lokasi yang dituju cukup
jauh. ‘Batusangkar’. Selamat menikmati perjalanan….
Waktu
itu kita tak serombongan. Aku dan rekanku satu bus pula, maklum kami pergi
semua. Begitulah, sampai kami menginjakkan kaki di lokasi tujuan. STAIN
Batusangkar.
Perkenalan
diri malam hari, setelah semua kami dicampurkan di ruangan bernama mushala.
Kami diminta tidak duduk berdampingan dengan rekan yang sudah dikenal. Terpaksa
hamba memisahkan diri dari kaum hamba dan terbang tinggi kelangit yang biru. Eh
bukan, duduk di sela-sela anggota LPM lain. Setelah mencoba beradaptasi dengan
lingkungan disana dengan cara salaman, perkenalan diri with nyengar-nyengir. Oke, fix. Aku dapat kawan baru.
Ternyata
malam ini begitu panjang, keseluruhan LPM harus memperkenalkan personilnya.
Hueleeeh…
Aku
tak berharap akan ada yang menyambut
meriah perkenalanku, cukup arahkan mata lelah kawan-kawan kepadaku, itu sudah
membuatku merasa diperhatikan. Jangan siksa aku dengan tambahan malu setelah
salah memimpin lagu tadi pagi. Oh, ternyata Tuhan memang baik. Suara kamu dari
seberang sana menggelegar, menyambut perkenalanku dan kalau tak salah waktu itu
kamu mengatakan “itu cewek wak mah..”. ouh, thank
you so much. Kamu menyelamatkan saya dari wajah garing.
Dari
perkenalan malam itu hamba simpulkan bahwa panggilan si ketua memamng Cua,
bukan dilatar belakangi statunya sebagai ketua. So, what I mind about ‘kecua’
is wrong. Panggilannya Cua. Bang Cua.
Dasar
hamba yang lagi dirundung galau, selagi ada yang bisa mengalihkan murung dari
kehidupan hamba, akan hamba ladeni. Sama seperti saat kamu, dan kita coba
saling bercengkrama, berceloteh, dan entahlah.
Seharian
tak tidur dan besoknya harus penutupan di Aula Stain Bausangkar. Kamu terlihat
sangaaat lelah. ‘Kasihan kamu bang merek rokok’. Tahukah kamu apa yang aku
pikirkan saat melihat kondisimu saat itu? rambut urakan, mata merah, pakai
jaket berbahan jeans dan baju bola. Terlebih kamu ngomong ngalor ngidul aja.
Sayangmu berserakan dimana-mana. “Uuughht, kamu seperi bapak saya waktu muda
tuan, jauhkan saya dari lelaki semacam, ini Tuhaaan…”
Pendek
kata, acara kongres usai, tidak ada lagi brieving, tidak ada lagi rapat, dan
tidak ada lagi begadang di tempat dingin inih.. I’m Freee.. uyay..
Tapi
ternyata tidak, kami balik kepadang dengan bus Stain Batusangkar. Oleh karena
anggota hamba banyak, jadilah kami diberikan seperengkat bus beserta supirnya.
Selain kru Ganto, juga ada alumni kami tercinta, kak sari. Dan bang hen.
Eksketua Aspem. eh, wait. Kenapa bang
cua mau bareng kamii? Anak polos ga’ boleh berfikiran aneh. “kamu ketua yang
baik ternyata bang cua, tidak mau kami pergi tanpa dikawal dan diyakinkan
benar-benar sampai di Padang dengan selamat.
Kesalahan
anak Ganto yang saya temui hingga saat ini adalah, mereka sulit berbaur dengan
orang lain. Jika mereka-wan dan mereka-wati te-es-be sudah sibuk dengan
kaumnya. Jangan harap kamu akan diikutsertakan dengan segera. Noh kan, jadi
kamilah (hamba dan bang duni) menemani pak supir yang akan berbaik hati
mengantarkan kami.
Hamba
orang yang panyagan. Melihat bang cua
yang menikmati perjalanan dengan tidur dan menutupi wajah, aku merasa tidak
enak. Mengingat doi anak yang hyperaktif akhirnya hanya tidur. Ada sedikit
perasaan mengganjal disini (nunjuk jidat).
Bukan
harusnya bang cua itu manjat-manjat kursi bus atau lari-lari depan belakang.
Hanya saja, terlihat nyata kalau dia tidak bisa beradaptasi di sini. Untungnya
bus yang ditumpangi rekan sejawatnya berhenti di sisi jalan dan beliau pindah bus.
Haah, senang bisa menyelamatkan kamu dari suntuk yang menggelegar bang merek
rokok. :D
Kongres
usai, dan aku tidak pernah ikut serta lagi dalam rapat pembubaran panitia.
Jujur, aku tidak pernah bisa membagi waktu dengan baik.
Aku
kembali pada kehidupanku. kembali galau dan kembali uring-uringan dengan yang
namanya KULIAH.
Selang
berapa waktu, kamu mulai menyapaku lewat jejaring sosial. Taruhlah namanya
Facebook. Dan komunikasi kita berjalan pertahapnya. Jujur kukatakan saat itu
aku adalah wanita kesepian yang ditinggal mati kekasihnya. Eh, bukan baru di
tinggal tanpa kejelasan. So, berkomunikasi dengan kamu membuatku sedikit
mengurungkan niat bunuh diri. Hoho. Bukan bukan. Mengurungkan diri untuk
bergalau ria.
Apa
bahasan chatting kita pertama kali ya be? Aku lupa..
Ah
iya, tentang LPJ. LPJ apa yang akan kuhantarkan, kan aku ngga’ ngerjain
apa-apa. Dengan rasa bersalah yang teramat dalam aku minta maaf padamu. Lalu
kamu katakana “aman pi, si itu mungkin ado mah” heheh. Thank you…
Berlanjut
pada komunikasi-komunikasi selanjutnya. saat aku nge-loper ke LPM kamu. Dan
saat aku di ciee-ciee kan. Kita saling berbagi cerita lalu saling tertawa. Atau
bahkan komunikasi kita mendekati kata Pe-De-Ka-Te. Aku tambah galau disini.
Sebagai wanita yang anti di duakan, aku juga tidak mau menduakan. Tapi ini
sudah masuk bulan ketiga aku tak diberi kejelasan oleh kekasihku. Aku tidak
tahu harus bertanya pada siapa. Sempat kutanyakan pada seorang rekan yang
lumanyun siak perkara ini. dan
jawabannya benar-benar membuat aku lega. “apabila kamu sudah tidak dinafkahi
secara lahir dan bathin selama tiga bulan, maka status kamu bukan milik dia
lagi.” Begitulah kira-kira katanya.
Sumpah,
waktu kamu ke kampus aku untuk membahas Program kerja divisi masing-masing kita
waktu itu, ada semacam perasaan berkecamuk. Antara meng-iya-kan dan
menganggukkan. Tapi calm, yakinkan
hati dulu.
***