Senin, 09 September 2013


KARYA TULIS ILMIAH

“masalah kebudayaan Minangkabau”




OLEH:
NOVI YENTI
NIM/BP: 1100903/2012


PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012



BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

            Sebagai seorang pelajar yang berpendidikan, kebudayaan akan bangsa kita yang dimiliki harus kita lestarikan dan apabila terancam harus kita lindungi. Dewasa ini kita suka melihat banyaknya kebudayaan yang kita miliki namun ditinggalkan bangsa sendiri dan diklaim oleh bangsa lainnya. Oleh sebab itu disini kita akan mempelajari tentang apa kebudayaan itu dan fungsi nyatanya bagi kita. Adapun penyebab terjadinya hal demikian berasal dari pihak ekstren dan intern. Berikut akan dijelaskan berapa masalah kebudayaan yang terjadi di lingkungan masyarakat dewasa ini. Beserta penyelesaiannya berdasarkan pembelajaran Ilmu Sosial Budaya Dasar.

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. definisi kebudayaan
2. pengenalan kebudayaan
3. masalah kebudayaan dan solusinya

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Definisi kebudayaan
Budaya merupakan suatu cara hidup bersama yang berkembang dan dimiliki oleh masyarakat kemudian  diwariskan dari generasi ke generasi.  Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk  agama dan politik, adat istiadat, bahasa, karya seni dan masih bnyak lagi.
            Sementara itu kebudayaan mempunyai arti yang lebih umum menyangkut seluk beluk budaya itu sendiri dan mencakup wilayah yang lebih luas.
   Kebudayaan Minangkabau merupakan hasil interaksi masayarakat Minangkabau. Baik personal dengan personal, personal dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.
Minangkabau dalam pengertian sosial budaya merupakan suatu daerah kelompok etnis yang mendiami daerah Sumatera Barat sekarang, ditambah dengan daerah kawasan pengaruh kebudayaan Minangkabau.

2.      Pengenalan kebudayaan
            Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Unsur-unsur tersebut termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, karya seni dan masih banyak lagi. Bahasa, termasuk juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sebagai alat komunikasi sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara turun menurun. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang serasi untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.



3.      Masalah Kebudayaan dan Solusinya

Kebudayaan Indonesia Saat ini sudah mulai luntur. Contoh Kebudayaan tersebut adalah Baatik, wayang, tari,dll. Padahal Indonesia Memiliki ratusan bahhkan ribuan budaya yang ada di Indonesia. Orang Indonesia pada zaman sekarang sudah jarang yang menggunakan budaya tersebut. Umumnya mereka tak suka karena hal tersebut kuno dan tidak mengikuti perkembangan sekarang. Remaja sekali pun sudah jarang yang suka budaya Indonesia dan keseniannya .
Banyak Sekali penyebab yang menjadikan orang Indonesia jarang menyukai kebudayaan Indonesia, yang antara lain:
 1. Arus Globalisasi:
 Masyarakat Indonesia yg sudah terpengaruh globalisasi cenderung meninggalkan kebudayaannya
2. Budaya Barat yang masuk ke Indonesia:
 Padahal budaya barat di Indonesia sangat tidak cocok dengan adat istiatadat di Indonesia
3. Kurangnya kesadaran dari Masyarakat Indonesia .
 Disini, masyarakat masih kurang sadar terhadap kebudayaan Indonesia sendiri yang sudah mulai luntur.
Pada kesempatan pembahasan masalah kebudayaan kali ini, penulis mengangkatkan permasalahan kepercayaan atau sistem religi di Minangkabau.

Dalam hal ini sebagai bahan kajian penulis akan mengkaji sistem religi yang terdapat dalam masyarakat Minangkabau.

A.                     Sistem religi atau keagamaan di Minangkabau
Kedatangan para reformis Islam dari Timur Tengah pada akhir abad ke-18, telah menghapus adat budaya Minangkabau yang tidak sesuai dengan hukum Islam. Budaya menyabung ayam, mengadu kerbau, berjudi, minum tuak, diharamkan dalam pesta-pesta adat masyarakat Minang. Para ulama yang dipelopori oleh Haji Piobang, Haji Miskin, dan Tuanku Nan Renceh mendesak kaum adat untuk mengubah pandangan budaya Minang yang sebelumnya banyak berkiblat kepada budaya animisme dan Hindu-Budha, untuk berkiblat kepada syariat Islam.
Reformasi budaya di Minangkabau terjadi setelah perang Paderi yang berakhir pada tahun 1837. Hal ini ditandai dengan adanya perjanjian di Bukit Marapalam antara alim ulama, tokoh adat, dan cadiak pandai (cerdik pandai). Mereka bersepakat untuk mendasarkan adat budaya Minang pada syariah Islam. Hal ini tertuang dalam adagium Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Syarak mangato adat mamakai (Adat bersendikan kepada syariat, syariat bersendikan kepada Al-Quran). Sejak reformasi budaya dipertengahan abad ke-19, pola pendidikan dan pengembangan manusia di Minangkabau berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Sehingga sejak itu, setiap kampung atau jorong di Minangkabau memiliki masjid, disamping surau yang ada di tiap-tiap lingkungan keluarga. Pemuda Minangkabau yang beranjak dewasa, diwajibkan untuk tidur di surau. Di surau, selain belajar mengaji, mereka juga ditempa latihan fisik berupa ilmu bela diri pencak silat.
                  Namun, dillihat dari realitas saat ini berapa pernyataan yang telah dijabarkan sebelumnya hanya menjadi formalitas saja. seperti berapa hal yang akan di jeaskan di bawah ini:
Pergeseran budaya lokal dalam masyarakat mulai dirasakan. Mitos dan kepercayaan pun dijungkir balikkan. Pergeseran nilai kapitalisme perlahan-lahan menjalar hingga pelosok pedesaan. Ini merupakan dampak difusi budaya menjadikan masyarakat gagap akan perubahan. Gaptek teknologi dan gersang nilai dan etika kemanusiaan. Seiring dengan mudahnya jalur komunikasi dan banyaknya pengguna HP mengakibatkan Amerika dapat dengan mudah mengetahui keadaan. Maka dengan mudah pula menguasai seluruh sektor.
Sosok budaya dan intelektual di abad 21 mengalami pergeseran dari segi pergaulan, remaja Minang lebih mendominasi pada pergaulan bebas salah satunya tidak kita temukan lagi rasa malu di kalangan remaja. Di samping itu, kurangnya budaya malu dalam masyarakat baik itu di pedesaan dan perkotaan. Seperti yang kita alami sekarang ini, kita belajar untuk memahami kemajemukan, perbedaan budaya, dan pergaulan sosial. Pandangan sosiologis karakter masyarakat Minang mengalami semaan anomie atau kehilangan pegangan. Memang, pergaulan masyarakat sifatnya dinamis dan membuahkan hasil kebudayaan yang dapat memperkaya wawasan intelektual. Budaya sifatnya memutlakan suatu keyakinan tanpa mengempur perbedaan keyakinan. Padahal, saat kita mempelajari pengalaman masa lampau, sejarah sosial telah membawa masyarakat minangkabau kepada suatu babak baru.

Pergaulan
Difusi budaya juga mencengkeram musnahnya etika pergaulan di Ranah Minang. Dekandensi moral telah tampak seiring dengan maraknya pergeseran norma pergaulan misalnya pergaulan bebas telah merambah pada kalangan remaja, kasus mahasiswi hamil diluar nikah hingga berhenti kuliah, narkoba, dan perkelahian. Kasus ini dapat dengan mudah kita telusuri di sekolah maupun di kampus.
Orang Minang dahulu mendidik anak-anak terutama anak gadisnya agar berpakaian sopan sedangkan dalam konteks pergaulan hubungan pertemanan antara pria dan wanita sangat dijarakkan. Berbeda pada masa sekarang, wanita dan laki-laki kita temui berdua-duaan tanpa ikatan di mal-mal, supermarket, pasar, tempat pariwisata. Padahal, orang Minang menyarankan anak gadisnya untuk menjaga diri dan tahu dengan batas kesopanan. Namun, kelihatannya amat sangat berbeda dengan masa lampau, anak-anak muda sekarang tidak tahu dengan malu ataukah malu itu sudah mulai hilang?. Kita sering melihat anak-anak muda di kota Padang maupun berbagai wilayah di Sumatera barat bermesraan, dan berboncengan seperti layaknya suami istri.
Sering kita temui anak-anak gadis Minang masih berada diluar rumah hingga laru malam. Padahal, masa dahulu kalau anak gadis masih berada diluar rumah disaat Maghrib dianggap sebagai gadis yang tidak baik tingkah lakunya.

Pakaian
Dahulu anak gadis Minang banyak yang memakai baju kurung sedangkan sekarang kita temui anak-anak gadis Minang yang memakai baju kurang.Pada tahun 1980-an hingga 1990 sebelum memasuki abad milenium biasanya orang dewasa dan remaja berpakaian longgar. Baru pada era milenium dan era globalisasi ditemukan anak gadis memakai pakaian adiknya. Kalau dahulu orang memandang bahwa anak gadis berpakaian ketat dianggap aneh.
sedangkan sekarang melihat anak gadis berpakaian ketat tidak dianggap aneh lagi karena sudah membudaya di kalangan generasi muda. Seiring dengan berkembangnya dunia mode dan fashion seolah-olah anak gadis Minang sekarang, tidak mau ketinggalan baik itu model pakaian, sepatu, aksesoris, segi pergaulan, dan lain sebagainya.
Pada akhir 1999-2000-an adalah puncak dunia mode di Indonesia yang diadopsi dari konsep-konsep budaya Perancis dan Amerika sehingga para desainer Indonesia berlomba-lomba mendesain model baju. Berkaitan dengan cepatnya arus distribusi barang sehingga perkembangan model pun merambah di Ranah Minang.

Linguis atau Bahasa
Dalam kajian linguistik atau kebahasaan seolah-olah masyarakat Minangkabau melupakan sendiri bahasa. Fenemena yang mengambarkan kegetiran orang Minangakabau dengan bahasa ibunya sendiri. Khususnya didaerah kota Padang misalnya kita temui anak-anak berusia 2-3 tahun diajarkan untuk mengenal bahasa Indonesia tetapi apabila anak tersebu mendengar bunyi bahasa lain seperti bahasa Minang sebagai akar bahasa, malahan dilarang.
Bahasa Minang adalah bahasa ibu yang turun temurun di gunakan sebagai alat komunikasai begitu pula bahasa Indonesia dipakai sebagai jembatan komunikasi antar rumpun provinsi. Ironis, bila kita temukan anak-anak berusia 2-3 tahun diajarkan oleh orang tuanya bahasa Indonesia, padahal mereka berasal dari daerah Minang namun memakai bahasa Jakarta. Seakan-akan kita dibawa ke Jakarta, padahal Jakarta berada diluar pulau Sumatera.
Dari kasus tersebut, dapat kita liha bahwasanya niat orang tua yang ingin anaknya dianggap pintar. Tetapi, dengan mengajarkan bahasa Indonesia kepada anak-anak dan remaja yang sering menggunakan prokem atau jargon Jakarta seakan-akan Minangkabau kehilangan kekhasannya. Dalam suatu wilayah di daerah Minangkabau, penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi pun renggang dengan cuap-cuap bahasa Jakarta. Lantas, orang Minang kini benar-benar telah menganut paham Jakartaisme. Sehingga, bahasa ibu pun sengaja dilupakan atau karena ikutan tren.
Di radio-radio lokal, bahasa Minang kelihatannya jarang sekali dipakai sebagai alat menyampaikan pesan. Malahan, radio-radio tersebut berbangga diri bahasa Indonesia yang notabene bukan dari daerahnya (Minangkabau). Menurut sosiologi, masyarakat daerah sedang mengalami anomie budaya atau kehilangan pegangan sehingga apa pun yang tampak selalu diadopsi. Hilangnya minat remaja Minang menggali kebudayaan secara mendalam bahkan ironis sekali kalau kita berada di Ranah Minang menggunakan dan memakai bahasa yang bukan bahasa ibu (mother tongue) kita sendiri.

Acara-Acara yang Dikemas
Begitu pula dalam siaran-siaran radio di kota Padang dan daerah, kelihatannya sedikit sekali kita temui radio-radio khas Minangkabau. Malahan, radio-radio yang selalu berseloroh dengan bahasa Indonesia atau Jakarta. Dalam siaran radio kelihatannya hanya menonjolkan pergaulan remaja masa kini, dan kurang unsur-unsur pendidikan. Isi dari radio-radio tersebut memaparkan tentang kisah cinta, lagu-lagu cinta dan kisah-kisah roman picisan. Alangkah baiknya jika dalam siaran radio itu menginformasikan mengenai kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan menyiarkan musik-musik yang berkualitas dengan lirik-lirik yang berkualitas pula.

Epilog
Minangkabau kini memang sulit ditemui, kita hanya menemukan budaya-budaya kota dan Jakartaisme yang menyebar hingga pelosok pedesaan. Disana-sini kita temui semacam distorsi kebudayaan. Memang pada abad 21 yang dikenal sebagai abad modern menyebabkan masyarakat begitu mudah untuk dihasut, dimusuhi, disebabkan karena pegangan itu tidak erat lagi.
Seolah-olah nilai-nilai adat dan norma-norma agama hanya dipandang sebagai wacana semata. Oleh sebab itu, pendidikan terutama pendidikan dalam keluarga adalah hal yang terpenting dalam menanamkan budi pekerti pada anak-anak.
Norma-norma dalam masyarakat Minangkabau pun perlahan-lahan tidak kita temui lagi, justru budaya yang merambah adalah budaya asing yang jelas-jelas tidak sesuai dengan kebiasaan orang Minangkabau itu sendiri. Baiknya orang tua, ninik mamak, bundo kanduang menanamkan tradisi-tradisi lisan kepada anak-anaknya. Selain itu mengajarkan cara berpakaian, bergaul, dan bermasyarakat.
Dalam perkuliahan, ISBD (Ilmu Sosial dan Budaya Dasar) merupakan upaya  memberikan pengetahuan dasar dan umum mengenau konsep budaya untuk mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya. Adapun yang menjadi kajian pokoknya adalah berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya serta hakikat manusia yang satu  pula pemahaman tentang system budaya  yaitu termasuk konsepsi tentang nilai yang hidup dalam pikiran sebagian besar masyarakat.
Pembelajaran ISBD diberikan kepada Mahasiswa dikarenakan Hal ini dimaksudkan agar pendekatan sosial dan budaya senantiasa dipertimbangkan dan melandasi setiap upaya mencari solusi atas pemecahan dari masalah alam yang mereka hadapi, jadi dengan demikian mahasiswa sebagai calon ilmuan dan professional harapan bangsa mampu bertindak secara arif dan bijaksana.
Terdapat banyak hal yang dikemukakan dalam mempelajari ISBD mahasiswa diajarkan mengemukakan permasalahn dan mencarikan jalan keluar masalah yang diajukan tadi. Sementara itu, mengenai permasalahan kebudayaan minangkabau seperti yang telah dijabarkan tadi terdapat banyak solusi untuk untuk mencengah budaya tersebut agar tidak luntur akibat pengaruh globalisasi:
 1. Pihak Pemerintah untuk memfilter atau menyaring budaya barat yang masuk ke Indonesia khususnya Minangkabau.
2. Masyarakat berusaha mengembangkan dan melestarikan budaya tersebut sehingga tidak luntur karena arus moderninsasi.
3. Masyarakat Indonesia harus pandai memilih dan menggunakan budaya Indonesia.
Oleh Karena itu, marilah mulai dari dini kita kembangkan budaya Indonesia supaya tidak luntur oleh modernisasi dan di klaim oleh negara lain sehingga budaya kita akan pernah berkurang atau luntur. Tugas generasi muda, adalah menjaga dan melestarikan kebudayaan indonesia khususnya Minangkabau agar tetap terpelihara keasriannya. Karena sebenarnya permasalahan budaya bukan masalah kecil, tapi bukan masalah besar juga apabila kita mau bertindak.


                                                
BAB III
PENUTUP

Simpulan

Kebudayaan merupakan kekayaan suatu bangsa. Semakin banyak macam kebudayaan itu semakin kaya bangsa itu. Untuk itu pemahaman akan kebudayaa harus ditanamkan sejak dini, agar para generasi muda dapat melestarikan dan melindungi kebudayaan bangsa sendiri dari bahaya pihak luar.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

KEPUSTAKAAN

Navis, AA. 1984. Alam terkembang jadi guru: adat dan kebudayaan Minangkabau.  Jakarta: Grafiti Pers.

Ramadhona, Muhammad. 2009. Kaitan Manusia dan Kebudayaan. Dilihat dari (http://mohamadramadhona.ngeblogs.com/kaitan-manusia-dan-kebudayaan/(tanggal 1 januari 2013)).
Setiadi, Elly M, dkk. 2005. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Media Group.


AKAD

Dua puluh tiga juni duaribu delapan belas, pukul empat belas lewat sedikit di Kampung tanjung nomor empat delapan. Suara “SAH..” meng...