KARYA
TULIS ILMIAH
“masalah
kebudayaan Minangkabau”
OLEH:
NOVI
YENTI
NIM/BP:
1100903/2012
PROGRAM
STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sebagai seorang pelajar yang berpendidikan, kebudayaan akan bangsa kita
yang dimiliki harus kita lestarikan dan apabila terancam harus kita lindungi.
Dewasa ini kita suka melihat banyaknya kebudayaan yang kita miliki namun
ditinggalkan bangsa sendiri dan diklaim oleh bangsa lainnya. Oleh sebab itu
disini kita akan mempelajari tentang apa kebudayaan itu dan fungsi nyatanya
bagi kita. Adapun penyebab terjadinya hal demikian berasal dari pihak ekstren
dan intern. Berikut akan dijelaskan berapa masalah kebudayaan yang terjadi di
lingkungan masyarakat dewasa ini. Beserta penyelesaiannya berdasarkan
pembelajaran Ilmu Sosial Budaya Dasar.
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. definisi kebudayaan
2. pengenalan kebudayaan
3. masalah kebudayaan dan solusinya
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Definisi kebudayaan
Budaya merupakan suatu cara hidup bersama yang
berkembang dan dimiliki oleh masyarakat kemudian diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, karya seni dan masih bnyak lagi.
Sementara itu kebudayaan mempunyai arti yang lebih umum menyangkut seluk
beluk budaya itu sendiri dan mencakup wilayah yang lebih luas.
Kebudayaan Minangkabau
merupakan hasil interaksi masayarakat Minangkabau. Baik personal dengan
personal, personal dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.
Minangkabau dalam pengertian sosial budaya merupakan
suatu daerah kelompok etnis yang mendiami daerah Sumatera Barat sekarang,
ditambah dengan daerah kawasan pengaruh kebudayaan Minangkabau.
2. Pengenalan kebudayaan
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Unsur-unsur tersebut termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, karya seni dan masih banyak
lagi. Bahasa, termasuk juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sebagai alat komunikasi sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara turun menurun. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya:
Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu
citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri. Dengan demikian,
budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang serasi untuk mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh
pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
3. Masalah Kebudayaan dan Solusinya
Kebudayaan Indonesia Saat ini sudah mulai luntur.
Contoh Kebudayaan tersebut adalah Baatik, wayang, tari,dll. Padahal Indonesia
Memiliki ratusan bahhkan ribuan budaya yang ada di Indonesia. Orang Indonesia
pada zaman sekarang sudah jarang yang menggunakan budaya tersebut. Umumnya
mereka tak suka karena hal tersebut kuno dan tidak mengikuti perkembangan
sekarang. Remaja sekali pun sudah jarang yang suka budaya Indonesia dan
keseniannya .
Banyak Sekali penyebab yang menjadikan orang
Indonesia jarang menyukai kebudayaan Indonesia, yang antara lain:
1. Arus
Globalisasi:
Masyarakat
Indonesia yg sudah terpengaruh globalisasi cenderung meninggalkan kebudayaannya
2. Budaya Barat yang masuk ke Indonesia:
Padahal
budaya barat di Indonesia sangat tidak cocok dengan adat istiatadat di
Indonesia
3. Kurangnya kesadaran dari Masyarakat Indonesia .
Disini,
masyarakat masih kurang sadar terhadap kebudayaan Indonesia sendiri yang sudah
mulai luntur.
Pada kesempatan pembahasan masalah kebudayaan kali
ini, penulis mengangkatkan permasalahan kepercayaan atau sistem religi di
Minangkabau.
Dalam hal ini sebagai bahan kajian penulis akan
mengkaji sistem religi yang terdapat dalam masyarakat Minangkabau.
A.
Sistem religi atau keagamaan di
Minangkabau
Kedatangan para reformis Islam dari Timur Tengah pada
akhir abad ke-18,
telah menghapus adat budaya Minangkabau yang tidak sesuai dengan hukum Islam. Budaya
menyabung ayam, mengadu kerbau, berjudi, minum tuak, diharamkan dalam
pesta-pesta adat masyarakat Minang. Para ulama yang
dipelopori oleh Haji Piobang, Haji Miskin, dan Tuanku Nan Renceh mendesak kaum
adat untuk mengubah pandangan budaya Minang yang sebelumnya banyak berkiblat
kepada budaya animisme dan Hindu-Budha, untuk
berkiblat kepada syariat Islam.
Reformasi budaya di Minangkabau terjadi setelah perang Paderi yang
berakhir pada tahun 1837. Hal ini
ditandai dengan adanya perjanjian di Bukit Marapalam antara alim ulama, tokoh
adat, dan cadiak pandai (cerdik pandai). Mereka bersepakat
untuk mendasarkan adat budaya Minang pada syariah Islam. Hal ini tertuang dalam
adagium Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Syarak mangato
adat mamakai (Adat bersendikan kepada syariat, syariat bersendikan
kepada Al-Quran). Sejak
reformasi budaya dipertengahan abad ke-19, pola pendidikan dan pengembangan
manusia di Minangkabau berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Sehingga sejak itu,
setiap kampung atau jorong di Minangkabau memiliki masjid, disamping
surau yang ada di tiap-tiap lingkungan keluarga. Pemuda Minangkabau yang
beranjak dewasa, diwajibkan untuk tidur di surau. Di surau, selain belajar
mengaji, mereka juga ditempa latihan fisik berupa ilmu bela diri pencak silat.
Namun, dillihat dari realitas saat ini berapa pernyataan yang telah
dijabarkan sebelumnya hanya menjadi formalitas saja. seperti berapa hal yang
akan di jeaskan di bawah ini:
Pergeseran
budaya lokal dalam masyarakat mulai dirasakan. Mitos dan kepercayaan pun
dijungkir balikkan. Pergeseran nilai kapitalisme perlahan-lahan menjalar hingga
pelosok pedesaan. Ini merupakan dampak difusi budaya menjadikan masyarakat
gagap akan perubahan. Gaptek teknologi dan gersang nilai dan etika kemanusiaan.
Seiring dengan mudahnya jalur komunikasi dan banyaknya pengguna HP
mengakibatkan Amerika dapat dengan mudah mengetahui keadaan. Maka dengan mudah
pula menguasai seluruh sektor.
Sosok
budaya dan intelektual di abad 21 mengalami pergeseran dari segi pergaulan,
remaja Minang lebih mendominasi pada pergaulan bebas salah satunya tidak kita
temukan lagi rasa malu di kalangan remaja. Di samping itu, kurangnya budaya
malu dalam masyarakat baik itu di pedesaan dan perkotaan. Seperti yang kita
alami sekarang ini, kita belajar untuk memahami kemajemukan, perbedaan budaya,
dan pergaulan sosial. Pandangan sosiologis karakter masyarakat Minang mengalami
semaan anomie atau kehilangan pegangan. Memang, pergaulan masyarakat sifatnya dinamis
dan membuahkan hasil kebudayaan yang dapat memperkaya wawasan intelektual.
Budaya sifatnya memutlakan suatu keyakinan tanpa mengempur perbedaan keyakinan.
Padahal, saat kita mempelajari pengalaman masa lampau, sejarah sosial telah
membawa masyarakat minangkabau kepada suatu babak baru.
Pergaulan
Difusi
budaya juga mencengkeram musnahnya etika pergaulan di Ranah Minang. Dekandensi
moral telah tampak seiring dengan maraknya pergeseran norma pergaulan misalnya
pergaulan bebas telah merambah pada kalangan remaja, kasus mahasiswi hamil
diluar nikah hingga berhenti kuliah, narkoba, dan perkelahian. Kasus ini dapat
dengan mudah kita telusuri di sekolah maupun di kampus.
Orang
Minang dahulu mendidik anak-anak terutama anak gadisnya agar berpakaian sopan
sedangkan dalam konteks pergaulan hubungan pertemanan antara pria dan wanita
sangat dijarakkan. Berbeda pada masa sekarang, wanita dan laki-laki kita temui
berdua-duaan tanpa ikatan di mal-mal, supermarket, pasar, tempat pariwisata.
Padahal, orang Minang menyarankan anak gadisnya untuk menjaga diri dan tahu
dengan batas kesopanan. Namun, kelihatannya amat sangat berbeda dengan masa
lampau, anak-anak muda sekarang tidak tahu dengan malu ataukah malu itu sudah
mulai hilang?. Kita sering melihat anak-anak muda di kota Padang maupun
berbagai wilayah di Sumatera barat bermesraan, dan berboncengan seperti
layaknya suami istri.
Sering
kita temui anak-anak gadis Minang masih berada diluar rumah hingga laru malam.
Padahal, masa dahulu kalau anak gadis masih berada diluar rumah disaat Maghrib
dianggap sebagai gadis yang tidak baik tingkah lakunya.
Pakaian
Dahulu
anak gadis Minang banyak yang memakai baju kurung sedangkan sekarang kita temui
anak-anak gadis Minang yang memakai baju kurang.Pada tahun 1980-an hingga 1990
sebelum memasuki abad milenium biasanya orang dewasa dan remaja berpakaian
longgar. Baru pada era milenium dan era globalisasi ditemukan anak gadis
memakai pakaian adiknya. Kalau dahulu orang memandang bahwa anak gadis
berpakaian ketat dianggap aneh.
sedangkan
sekarang melihat anak gadis berpakaian ketat tidak dianggap aneh lagi karena
sudah membudaya di kalangan generasi muda. Seiring dengan berkembangnya dunia
mode dan fashion seolah-olah anak gadis Minang sekarang, tidak mau ketinggalan
baik itu model pakaian, sepatu, aksesoris, segi pergaulan, dan lain sebagainya.
Pada
akhir 1999-2000-an adalah puncak dunia mode di Indonesia yang diadopsi dari
konsep-konsep budaya Perancis dan Amerika sehingga para desainer Indonesia
berlomba-lomba mendesain model baju. Berkaitan dengan cepatnya arus distribusi
barang sehingga perkembangan model pun merambah di Ranah Minang.
Linguis atau Bahasa
Dalam
kajian linguistik atau kebahasaan seolah-olah masyarakat Minangkabau melupakan
sendiri bahasa. Fenemena yang mengambarkan kegetiran orang Minangakabau dengan
bahasa ibunya sendiri. Khususnya didaerah kota Padang misalnya kita temui
anak-anak berusia 2-3 tahun diajarkan untuk mengenal bahasa Indonesia tetapi
apabila anak tersebu mendengar bunyi bahasa lain seperti bahasa Minang sebagai
akar bahasa, malahan dilarang.
Bahasa Minang adalah
bahasa ibu yang turun temurun di gunakan sebagai alat komunikasai begitu pula
bahasa Indonesia dipakai sebagai jembatan komunikasi antar rumpun provinsi.
Ironis, bila kita temukan anak-anak berusia 2-3 tahun diajarkan oleh orang
tuanya bahasa Indonesia, padahal mereka berasal dari daerah Minang namun
memakai bahasa Jakarta. Seakan-akan kita dibawa ke Jakarta, padahal Jakarta
berada diluar pulau Sumatera.
Dari kasus tersebut,
dapat kita liha bahwasanya niat orang tua yang ingin anaknya dianggap pintar.
Tetapi, dengan mengajarkan bahasa Indonesia kepada anak-anak dan remaja yang
sering menggunakan prokem atau jargon Jakarta seakan-akan Minangkabau
kehilangan kekhasannya. Dalam suatu wilayah di daerah Minangkabau, penggunaan
bahasa sebagai alat komunikasi pun renggang dengan cuap-cuap bahasa Jakarta.
Lantas, orang Minang kini benar-benar telah menganut paham Jakartaisme.
Sehingga, bahasa ibu pun sengaja dilupakan atau karena ikutan tren.
Di radio-radio lokal,
bahasa Minang kelihatannya jarang sekali dipakai sebagai alat menyampaikan
pesan. Malahan, radio-radio tersebut berbangga diri bahasa Indonesia yang
notabene bukan dari daerahnya (Minangkabau). Menurut sosiologi, masyarakat
daerah sedang mengalami anomie budaya atau kehilangan pegangan sehingga apa pun
yang tampak selalu diadopsi. Hilangnya minat remaja Minang menggali kebudayaan
secara mendalam bahkan ironis sekali kalau kita berada di Ranah Minang
menggunakan dan memakai bahasa yang bukan bahasa ibu (mother tongue) kita sendiri.
Acara-Acara
yang Dikemas
Begitu pula dalam
siaran-siaran radio di kota Padang dan daerah, kelihatannya sedikit sekali kita
temui radio-radio khas Minangkabau. Malahan, radio-radio yang selalu berseloroh
dengan bahasa Indonesia atau Jakarta. Dalam siaran radio kelihatannya hanya
menonjolkan pergaulan remaja masa kini, dan kurang unsur-unsur pendidikan. Isi
dari radio-radio tersebut memaparkan tentang kisah cinta, lagu-lagu cinta dan
kisah-kisah roman picisan. Alangkah baiknya jika dalam siaran radio itu
menginformasikan mengenai kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan menyiarkan
musik-musik yang berkualitas dengan lirik-lirik yang berkualitas pula.
Epilog
Minangkabau kini memang
sulit ditemui, kita hanya menemukan budaya-budaya kota dan Jakartaisme yang
menyebar hingga pelosok pedesaan. Disana-sini kita temui semacam distorsi
kebudayaan. Memang pada abad 21 yang dikenal sebagai abad modern menyebabkan
masyarakat begitu mudah untuk dihasut, dimusuhi, disebabkan karena pegangan itu
tidak erat lagi.
Seolah-olah nilai-nilai
adat dan norma-norma agama hanya dipandang sebagai wacana semata. Oleh sebab
itu, pendidikan terutama pendidikan dalam keluarga adalah hal yang terpenting
dalam menanamkan budi pekerti pada anak-anak.
Norma-norma dalam
masyarakat Minangkabau pun perlahan-lahan tidak kita temui lagi, justru budaya
yang merambah adalah budaya asing yang jelas-jelas tidak sesuai dengan
kebiasaan orang Minangkabau itu sendiri. Baiknya orang tua, ninik mamak, bundo
kanduang menanamkan tradisi-tradisi lisan kepada anak-anaknya. Selain itu mengajarkan
cara berpakaian, bergaul, dan bermasyarakat.
Dalam
perkuliahan, ISBD (Ilmu Sosial dan Budaya Dasar) merupakan upaya memberikan pengetahuan dasar dan umum
mengenau konsep budaya untuk mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya. Adapun
yang menjadi kajian pokoknya adalah berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya
merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya serta hakikat manusia yang
satu pula pemahaman tentang system
budaya yaitu termasuk konsepsi tentang
nilai yang hidup dalam pikiran sebagian besar masyarakat.
Pembelajaran
ISBD diberikan kepada Mahasiswa dikarenakan Hal ini dimaksudkan agar pendekatan
sosial dan budaya senantiasa dipertimbangkan dan melandasi setiap upaya mencari
solusi atas pemecahan dari masalah alam yang mereka hadapi, jadi dengan
demikian mahasiswa sebagai calon ilmuan dan professional harapan bangsa mampu
bertindak secara arif dan bijaksana.
Terdapat
banyak hal yang dikemukakan dalam mempelajari ISBD mahasiswa diajarkan
mengemukakan permasalahn dan mencarikan jalan keluar masalah yang diajukan
tadi. Sementara itu, mengenai permasalahan kebudayaan minangkabau seperti yang
telah dijabarkan tadi terdapat banyak solusi untuk untuk mencengah budaya
tersebut agar tidak luntur akibat pengaruh globalisasi:
1. Pihak
Pemerintah untuk memfilter atau menyaring budaya barat yang masuk ke Indonesia
khususnya Minangkabau.
2. Masyarakat berusaha mengembangkan dan
melestarikan budaya tersebut sehingga tidak luntur karena arus moderninsasi.
3. Masyarakat Indonesia harus pandai memilih dan
menggunakan budaya Indonesia.
Oleh Karena itu, marilah mulai dari dini kita
kembangkan budaya Indonesia supaya tidak luntur oleh modernisasi dan di klaim
oleh negara lain sehingga budaya kita akan pernah berkurang atau luntur. Tugas
generasi muda, adalah menjaga dan melestarikan kebudayaan indonesia khususnya
Minangkabau agar tetap terpelihara keasriannya. Karena sebenarnya permasalahan
budaya bukan masalah kecil, tapi bukan masalah besar juga apabila kita mau
bertindak.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Kebudayaan merupakan kekayaan suatu bangsa. Semakin
banyak macam kebudayaan itu semakin kaya bangsa itu. Untuk itu pemahaman akan
kebudayaa harus ditanamkan sejak dini, agar para generasi muda dapat
melestarikan dan melindungi kebudayaan bangsa sendiri dari bahaya pihak luar.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi
yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
KEPUSTAKAAN
Navis,
AA. 1984. Alam terkembang jadi guru: adat dan kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafiti Pers.
Ramadhona,
Muhammad. 2009. Kaitan Manusia dan
Kebudayaan. Dilihat dari (http://mohamadramadhona.ngeblogs.com/kaitan-manusia-dan-kebudayaan/(tanggal
1 januari 2013)).
Setiadi,
Elly M, dkk. 2005. Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar. Bandung: Media Group.